On The Street News – thagardenbarnhouse.com – Jejak Sang Raja : Menemukan Gerbong Kereta Pribadinya. Menjelajahi kawasan Alun-Alun Kidul Keraton Surakarta, dua gerbong kereta antik yang terpajang di sisi barat dan timur lapangan tak luput dari perhatian. Gerbong-gerbong ini bukan sekadar benda mati, melainkan saksi bisu sejarah, Jejak Sang Raja dan kemegahan masa lalu Keraton Kasunanan Surakarta. Di balik kehadirannya yang menawan, terukir kisah unik dan sarat makna yang mencerminkan kekayaan budaya Jawa.
Gerbong Pesiar Pakubuwono X: Menjelajahi Negeri dengan Kemewahan
Gerbong kereta di sebelah timur Alun-Alun Kidul, dengan balutan warna hijau dan putih yang mencolok, menyimpan kisah tentang perjalanan dinas dan wisata Raja Pakubuwono X. Sang raja memesan gerbong ini secara khusus pada tahun 1924 dari perusahaan Werkspoor Belanda. Gerbong ini kemudian menjadi moda transportasi mewah yang mengantarkan Pakubuwono X dalam meninjau pabrik gula dan mengunjungi berbagai daerah di wilayah kekuasaannya.
Keunikan gerbong ini terletak pada desain interiornya yang canggih dan penuh kemewahan. Masyarakat melengkapi gerbong ini dengan ruang tamu, ruang makan, kamar tidur, dan bahkan kamar mandi, sehingga bagaikan istana mini yang bergerak di atas rel. Untuk meningkatkan kenyamanan penggunanya, gerbong ini tidak hanya dilengkapi dengan ruang tamu, ruang makan, kamar tidur, dan bahkan kamar mandi. Bukan hanya itu gerbong ini juga dilengkapi dengan pendingin ruangan yang memanfaatkan es batu, sebuah teknologi mutakhir di masanya.
Gerbong Jenazah: Mengantar Sang Raja Menuju Peristirahatan Terakhir
Berbeda dengan gerbong pesiar yang penuh kemewahan, gerbong kereta di sebelah barat Alun-Alun Kidul memancarkan aura kesakralan dan keheningan. Masyarakat menggunakan gerbong berwarna putih ini sebagai kereta jenazah untuk mengantarkan Pakubuwono X ke tempat peristirahatan terakhirnya di Imogiri pada tahun 1939.
Masyarakat mendesain gerbong ini dengan lebih sederhana dan polos untuk mencerminkan rasa duka dan penghormatan kepada sang raja. Kain beludru berwarna putih dilapiskan pada dinding gerbong, dan peti mati yang terbuat dari kayu jati ditempatkan di bagian dalamnya oleh masyarakat. Kehadiran gerbong jenazah ini menjadi pengingat akan perjalanan hidup manusia dan tradisi penghormatan terakhir bagi para leluhur.
Simbol Warisan Budaya dan Daya Tarik Wisata
Pemerintah Kota Surakarta menetapkan kedua gerbong kereta tersebut sebagai Cagar Budaya. Selain itu menjadikannya bagian tak terpisahkan dari Alun-Alun Kidul Keraton Surakarta. Kehadirannya menjadi daya tarik wisata yang memikat para pengunjung, baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Lebih dari sekadar benda antik, gerbong-gerbong kereta ini adalah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Kisah-kisah Keraton Kasunanan Surakarta menjadi jendela untuk melihat kekayaan budaya Jawa, tradisi yang dijunjung tinggi, dan kemegahan masa lalunya. Keberadaannya di Alun-Alun Kidul menjadi pengingat bagi generasi penerus untuk terus melestarikan budaya leluhur dan menjaga warisan sejarah bangsa.
Menjelajahi gerbong-gerbong kereta ini bukan hanya wisata biasa, tetapi juga sebuah perjalanan menyusuri lorong waktu. Wisata ini mengenang kejayaan masa lalu, dan memahami kekayaan budaya bangsa.