On The Street News – thegardenbarnhouse.com – David Bowie Ketika Musik dan Dunia Lain Bertabrakan! Kalau musik punya bentuk, David Bowie jelas bukan hanya suara dia adalah ledakan warna, rasa, dan dunia lain yang menabrak keras ke tengah kehidupan. Sejak awal kemunculannya, Bowie nggak pernah ikut arus. Justru, dialah yang bikin arusnya sendiri. Saat penyanyi lain sibuk membangun citra, Bowie malah ngerombak realita.
Dengan persona alien Ziggy Stardust, sampai akhirnya menjadi Thin White Duke, Bowie bukan cuma penyanyi. Ia berubah jadi teka-teki yang terus bergerak, selalu di depan selangkah dari zamannya. Kalau orang bilang dia datang dari masa depan, rasanya itu bukan lelucon. Lebih seperti peringatan.
Musik yang Melompat Lewat Dimensi
Kalau denger lagu-lagunya, rasanya kayak lagi nyalain radio dari galaksi lain. Tapi anehnya, tetap nyantol di telinga. Dari “Space Oddity” yang bikin kepala langsung melayang, sampai “Heroes” yang jadi anthem anti-kalah, Bowie paham banget cara mengacak-acak genre tanpa bikin orang bingung.
Ia nggak nunggu tren. Dia bikin tren. Pas musisi lain sibuk dengan rock yang aman, Bowie udah main-main dengan glam, elektronik, bahkan industrial. Dia lompat dari satu gaya ke gaya lain, tapi tetap terasa Bowie banget. Entah gimana caranya, tiap eksperimen musiknya terdengar sah seolah-olah dunia memang sudah nunggu itu keluar dari kepalanya.
Setiap albumnya punya getaran sendiri, kayak artefak dari dimensi berbeda. Tapi yang paling bikin orang nempel, Bowie selalu menyelipkan rasa manusiawi di tengah semua keanehan itu. Di balik suara synthesizer, kostum gila, dan tatapan nyeleneh, dia masih manusia tapi yang nggak takut jadi beda.
Persona yang Nggak Sekadar Kostum
Ziggy Stardust bukan sekadar alter ego. Itu semacam jembatan antara dunia nyata dan dunia Bowie. Dia membungkus konsep alien dengan glitter dan make-up, lalu ngomong soal kesepian, identitas, dan rasa asing yang kadang kita sendiri juga rasain.
Kemudian muncul Thin White Duke lebih gelap, lebih dingin, tapi tetap memikat. Tiap persona baru bukan cuma tampilan, tapi ekspresi artistik penuh kode. Dan saat banyak artis cuma ganti gaya rambut buat tampil beda, Bowie ganti semesta.
Tapi bukan berarti dia ngumpet di balik karakter. Justru lewat persona itu, dia ngomong banyak hal yang orang lain takut sentuh. Gender, politik, ketenaran, bahkan kematian semuanya dibungkus dengan simbol yang bikin pendengar terus menerka, tanpa pernah bosan.
Dunia Mode, Film, Sampai Seni Rupa
Bowie nggak berhenti di panggung musik. Dunia mode? Dia robek-robek aturannya. Film? Dia muncul di The Man Who Fell to Earth dan bikin penonton berpikir, ini film atau mimpi aneh? Bahkan di seni rupa, Bowie nyemplung dan bikin koleksi yang nggak kalah ajaib dari lagunya.
Bukan cuma soal gaya, tapi soal dorongan buat ngeksplor semua bentuk ekspresi. Bahkan saat dia ngilang dari sorotan publik, banyak yang yakin dia lagi nyiapin sesuatu yang bakal ngehempas dunia lagi.
Dan ya, hanya Bowie yang bisa bikin kematian jadi bagian dari karya seni. Album terakhirnya terasa kayak pameran akhir dari seniman galaksi yang sadar waktunya pulang. Tapi bahkan di akhir, dia tetap ngasih ruang buat kita berpikir.
Kesimpulan
David Bowie nggak pernah sekadar nyanyi. Dia muncul, meledak, lalu menghilang kayak komet yang nyisain cahaya panjang di langit malam. Musiknya, personanya, dan keberaniannya buat jadi alien di tengah dunia yang seragam, bikin dia lebih dari legenda. Dia adalah misteri yang terus hidup, bahkan saat tubuhnya udah nggak ada. Jadi, kalau kamu denger nama Bowie, jangan cuma inget lagu. Ingat semesta. Karena sekali kamu masuk ke dunia Bowie, semua standar normal bakal terasa hambar. Dia bukan cuma musisi. Dia adalah anomali yang berhasil bikin dunia tunduk pada keunikannya.